Selasa, 25 Oktober 2022

Study Kasus Demultiplexer

 Study Kasus Multiplexer dan Demultiplexer

Institut Teknologi PLN Jakarta  

Dosen : Max Teja Ajie Cipta Widiyanto, S.Kom., M.Kom

Tugas Kelompok : Sabrina Ranti Sonia (202131024)

                               Putri Aulia Irwan (202131015)

Study Kasus Demultiplexer


ANALISIS REDAMANTERHADAP PERFORMANCEDENSE WAVELENGTH
DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)PADA SISTEM KOMUNIKASI
SERAT OPTIKDENGAN METODE LINK POWER BUDGET
DI PT. TELKOM PADANG (STUDI KASUS LINK
PADANG – LUBUK BASUNG) 

 
    Demultiplexer adalah rangkaian logika yang menerima satu input data dan mendistribusikan input tersebut ke beberapa output yang tersedia. Seleksi data-data input dilakukan oleh selector line, yang juga merupakan input dari demultiplexer tersebut. Powers (1999:102) menyatakan “Sistem serat optik memiliki aplikasi untuk menggabungkan sinyal optikyang terpisah atau membagi sinyal optik, yaitu multiplexing dan demultiplexing dilakukan oleh komponen optical coupler”.
Multiplexing adalah teknik menggabungkan beberapa sinyal secara bersamaan pada suatu saluran transmisi. Di sisi penerima, pemisahan gabungan sinyal tersebut sesuai dengan tujuan masing-masing disebut demultiplexing. Dalam multiplexing, perangkat yang digunakan disebut multiplexer (Transceiver/Mux).Receiver atau perangkat yang melakukan demultiplexing disebut demultiplxer (Demux).
Ryan (1997:9) menyatakan bahwa “Teknologi DWDM memanfaatkan komposit sinyal optik yang membawa beberapa alur informasi, masing-masing ditransmisikan dengan panjang gelombang optik yang berbeda ”. Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) adalah suatu metoda untuk menyisipkan sejumlah kanal melalui satu serat optik. DWDM mengoptimalkan penggunaan fiber yang terpasang dan memungkinkan service baru secara cepat dan mudah disediakan pada infrastruktur fiber eksisting. DWDM menawarkan multiplikasi bandwidth bagi operator pada pasangan fiber yang sama.

Keuntungan - keuntungan dalam penerapan DWDM antara lain adalah :
a.   Penghematan penggunaan sumber daya core optik terutama jaringan kabel optik yang hanya memiliki kapasitas core yang kecil.
b. Kemampuan penyaluran transport network yang sangat tinggi, sehingga mampu menekan biaya investasi dan pemeliharaan perangkat.
c. Transparansi format dan bit rate (tidak merubah format/bit rate, hanya menyalurkan) sehingga penyaluran data, gambar dan suara tetap.

KOMPONEN DAN SISTEM KERJA DWDM

DWDM merupakan suatu teknik transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal- kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses me-multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut ditransmisikan melalui sebuah serat optik. Sistem DWDM yang melakukan fungsi utama.

Gambar 1. Sistem Kerja DWDM

Sistem kerja dari DWDM dapat disesuaikan berdasarkan komponen-komponen DWDM dan dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.Blok Diagram Prinsip Kerja DWDM

a. Optical Transmitter (Laser) 
Transmitter optik untuk sistem DWDM adalah laser-laser dengan resolusi tinggi dan ketepatan pita sempit.Laser-laser ini memungkinkan dekatnya jarak antar kanal, yang dapat menambah jumlah panjang gelombang yang dapat digunakan pada pita 1500 nm untuk meminimalkan efek ketidakcocokan isyarat (dispersi).Transmitter optik juga meminimalkan rugi-rugi daya sehingga transmisi jarak jauh dapat dilakukan.

b. DWDM Multiplexer
DWDM Multiplexer berfungsi untuk menggabungkan sinyal-sinyal transmityang mempunyai panjang gelombang berbeda-beda menjadi satu, untuk kemudian diteruskan ke satu optical fiber.

c. Optical Cable
Optical Cable berfungsi untuk menyalurkan sinyal gabungan beberapa panjang gelombang, yang datang dari DWDM Multiplexer.

d. Optical Amplifier
Penguat optik memperkuat isyarat optik untuk meminimalkan efek melalui serat optic rugi-rugi daya dan pelemahan sebagai akibat pengiriman pulsa cahaya.Teknologi penguat optik memungkinkan munculnya teknologi DWDM dengan kecepatan tinggi dan volume transmisi tinggi.Tetapi untuk jarak yang lebih pendek pada jaringan-jaringan metropolitan dan regional, penguat optik tidak harus selalu diterapkan.

e. DWDM Demultiplexer
DWDM Demultiplexer berfungsi untuk memisahkan satu sinyal gabungan beberapa lamda yang datang dari kabel serat optik, menjadi beberapa sinyal dengan lamda yang independent.

f. Optical Receiver (Detector)
Optical Receiver berfungsi untuk mendeteksi sinyal dengan gelombang cahaya yang datang dari DWDM demultiplexing, untuk kemudian mengubah dari sinyal dengan daya optik (cahaya) menjadi sinyal dengan daya listrik.

ATTENUATION (REDAMAN)

Kartalopoulos (2001:24) menyatakan bahwa “Redaman serat optik disebabkan oleh faktor intrinsik, terutama hamburan dan penyerapan, dan dengan faktor ekstrinsik, termasuk tingkat jenuh dari proses manufaktur, lingkungan, dan fisik pembengkokan”. Redaman serat optik yang menjadi parameter dalam penelitian DWDM dari segi daya terima berdasarkan ITU-T G.655 adalah :

a. Redaman Kabel Serat Optik
Keiser (2000:92) menyatakan bahwa “Redaman pada serat optik merupakan pelemahan daya dari cahaya yang ditransmisikan mulai dari pemancar sampai jarak tertentu”.Standar redaman kabel 0.22 dB/km.

b. Redaman Splice (Sambungan)
Menurut Crisp dan Elliot (2008:114) menyatakan bahwa “splice fusi adalah metode penyambungan serat optik yang memberikan hasil paling permanen dan menimbulkan rugi daya paling rendah”. Penyambungan kabel serat optik juga dapat menimbulkan rugi daya walaupun kecil dan redaman serat optik.standar redaman splice 0.15 dB untuk satu splice.

c. Redaman Konektor
Konektor ini tentu akan menambah faktor redaman yang terdapat pada sistem, faktor redaman tersebut antara lain tidak sesuainya ukuran inti serat optik yang dipasang ke konektor, rugi celah optis antara kabel dengan konektor, bahkan kotoran atau debu yang terdapat pada konektor juga dapat menyebabkan kerugian daya pada saat mengirim data dari pengirim ke penerima. Standar redaman konektor adalah 0.5 dB.

POWER BUDGET DAN RECEIVER SENSITIVITY

Menurut Agrawal (2002:192) menyatakan bahwa “Tujuan daripower budgetadalah untuk memastikan bahwadaya yang cukupuntuk mencapaipenerimaagar mempertahankankinerja yang handalselamasistemtetap hidup”. power budget menjamin agar penerima dapat menerima daya optik sinyal yang diperlukan untuk mendapatkan Bit Error Rate (BER) yang diinginkan. Receiver sensitivity atau sensitif penerima menurut ITU-T adalah nilai minimum rata-rata daya terima dari titik Rn (penerima) mencapai 1 x 10-12 BER (Bit Error Ratio). Nilai rata-rata minimum adalah besar nilai daya terima dari penerima yang berada pada level minimum dari daya kerja terkecil. Standar sensitif penerima adalah – 27 dBm atau 0,002 mW, nilai ini adalah batas daya terima serat optik pada penerima.

KERANGKA PIKIR

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan Gambar 3 dapat dijelaskan kerangka pikir dari penelitian, penelitian ini dilakukan analisis untuk redaman serat optik. Redaman serat optik yang diteliti adalah redaman kabel (X1), redaman splice (X2) dan redaman konektor (X3), untuk parameter ini dilakukan pengukuran dan perhitungan secara teoritis, setelah dilakukan pengukuran dan pehitungan maka dianalisis performance DWDM, performance DWDM tersebut dilihat dari segi daya terima DWDM pada sistem komunikasi serat optik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan :

a. Besarnya nilai redaman/km link Padang – Lubuk Basung melalui hasil pengukuran rata- rata berada dibawah standar ITU-T 0.35 dB/km namun core 1 dan core 10 memiliki redaman/km cukup besar, walaupun nilai redaman/km core 1 dan core 10 masih berada dibawah standar ITU-T namun untuk peningkatan kualitas transmisi perlu dilakukan perawatan pada kabel yang mengalami bending loss. Kemudian untuk hasil perhitungan maupun pengukuran link power budget pada core 1, 3, 4, 9, 10, 12, 20, 23 dan 24, nilai Rx masih berada di bawah nilai Rx sensitivity (-27 dBm atau 0.002 mW), sehingga daya masih dapat diterima oleh receiver pada perangkat dan kondisinya dapat dikatakan berfungsi dengan normal.

b. Perbandingan hasil pengukuran dan perhitungan dengan persamaan ITU-T pada redaman serat optik, core 1 selisih antara pengukuran dan perhitungan sebesar 3.585 dB, core 3 selisih 3.006 dB, core 4 sebesar 3.473 dB, core 9 sebesar 2.807 dB, core 10 sebesar 1.85 dB, core 12 sebesar 4.03 dB, core 20 sebesar 3.329 dB, core 23 sebesar 1.628 dB dan core 24 sebesar 2.018 dB. Perbedaan hasil pengukuran dan perhitungan dikarenakan pada hasil pengukuran nilai redaman setiap pengukurannya tidaklah konstan.

REFERENSI


Selasa, 11 Oktober 2022

STUDI KASUS PERANCANGAN SMART PARKING SYSTEM

Perancangan Smart Parking System Berbasis Arduino Uno

    Di Indonesia sangat jarang dibahas mengenai teknologi Smart Parking, terutama area khusus seperti gedung-gedung bertingkat seperti pusat pembelanjaan, rumah sakit, bandara, sekolah dan perkantoran. Salah satu perkembangan teknologi dalam bidang transportasi yang dapat kita temukan adalah sistem pelayanan parkir. Untuk merancang sebuah rangkaian yang berfungsi untuk mengatur sistem perparkiran. Untuk mengetahui secara pasti sisa kapasitas ruang parkir yang terisi dan tidak terisi. Penelitian ini menggunakan Smart Parking System Berbasis Arduino Uno dan dibuat di Rama Futsal dengan alamat Perum Wisma Jaya, Jl. Kusuma Barat No. 1, Duren Jaya, Bekasi Timur, RT.007/RW.017, Duren Jaya, Kec. Bekasi Tim., Kota Bekasi, Jawa Barat 17111. Dikarenakan di area parkir ini menggunakan sensor ultrasonik untuk mengendalikan dengan menggunakan Arduino Uno.

        Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merasa perlu membuat suatu alat kendali parkir cerdas (smart parking) dengan menggunakan mikrokontroler sebagi otak pengendalian. Komponen yang digunakan dalam pembuatan alat kendali sistem parkir sangat banyak di pasaran. Rangkaian yang digunakan meliputi beberapa komponen seperti sensor ultrasonik, mikrokontroler, kabel jumper, dan lain sebagainya. Informasi sangat dibutuhan yang paling penting dalam kemajuan teknologi saat ini. Maka salah satu contohnya adalah ketersediaan lahan parkir. Informasi ini memberi kenyamanan bagi setiap pengendara atau pengelola gedung dan petugas pengaturan parkir. Diperlukan adanya penginformasian untuk mengurangi terjadinya kemacetan dan antrian yang sering kali terjadi di pusat-pusat perbelanjaan. Namun adanya lahan parkir tersebut maka dari itu sekarang ini baik di perkantoran, gedung-gedungbertingkat dan tempat-tempat perbelanjaan tidak dilengkapi dengan adanya suatu sistem informasi lahan parkir otomatis sehingga dapat mengakibatkan kemacetan. 

    Maka dari itu dibuat lah sebuah alat sistem informasi parkir yang dapat ditampilkan sebelum pengendara masuk ke tempat parkir. Untuk mewujudkan sistem maka dibuat lah miniatur lahan parkir 1 lantai dengan kapasitas 3 kendaraan setiap lantainya. Maka setiap slot parkiran akan dipasang sensor infra merah dan fotodioda yang dituju untuk kendaraan saja. Sensor infra merah akan terus memancarkan cahaya infra merah dan akan ditangkap oleh fotodioda. Apabila sinar infra merah ini terhalang oleh suatu benda maka fotodioda tidak akan menangkap sinar infra merah yang dipancarkan oleh sensor infra merah. Setiap perubahan fotodioda yang terjadi pada setiap lantai akan diterima oleh mikrokontroler.

Smart Parking System

    Smart parking system adalah sistem parking yang menggunakan beraneka ragam teknologi untuk mengefisienkan dalam mengatur parkir. Sistem parkir pada kenyataannya sekarang ini masih menggunakan teknologi konvensional meskipun telah terdapa beberapa penambahan teknologi terbaru di dalamnya, namun masih terdapat celah di dalam sistem tersebut, yakni tidak adanya sistem informasi mengenai stok slot parkir yang tersedia. Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya sistem tersemat yang akan peneliti buat ini diharapkan nantinya akan terdapat sistem informasi mengenai stok slot ketersediaan parkir tersebut, sehingga tentu saja dengan adanya sistem tersebut dapat mempermudah para pengguna lahan parkir.

Arduino Uno

    
    Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardwarenya memiliki prosesor Atmel AVR dan softwarenya memiliki bahasa pemrograman sendiri. Saat ini Arduino sangat populer di seluruh dunia. Banyak pemula yang belajar mengenal robotika dan elektronika lewat Arduino karena mudah dipelajari. Tapi tidak hanya pemula, para hobbyist atau profesional pun ikut senang mengembangkan aplikasi elektronik menggunakan Arduino. Bahasa yang dipakai dalam Arduino bukan assembler yang relatif sulit, tetapi bahasa C yang disederhanakan dengan bantuan pustaka-pustaka (libraries) Arduino. Arduino juga menyederhanakan proses bekerja dengan mikrokontroler, sekaligus menawarkan berbagai macam kelebihan antara lain :

Gambar 2.1 Arduino Uno


Breadboard


    ProjectBoard atau yang sering disebut sebagai BreadBoard adalah dasar konstruksi sebuah sirkuit elektronik dan merupakan prototipe dari suatu rangkaian elektronik. Breadboard banyak digunakan untuk merangkai komponen, karena dengan menggunakan breadboard, pembuatan prototipe tidak memerlukan proses menyolder. Karena sifatnya yang solderless alias tidak memerlukan solder sehingga dapat digunakan kembali dan dengan demikian sangat cocok digunakan pada tahapan proses pembuatan prototipe serta membantu dalam berkreasi dalam desain sirkuit elektronika. Berbagai sistem elektronik dapat di modelkan dengan menggunakan breadboard, mulai dari sirkuit analog dan digital kecil sampai membuat unit pengolahan terpusat (CPU). Secara umum breadbord memiliki jalur seperti berikut ini :

Gambar 2.2 Breadbord dan jalurnya


LED (Light Emitting Dioda)


    Menurut (Artono & Susanto, 2017) [8], LED (Light Emitting Dioda) adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya pada saat mendapat arus bisa maju (forward bias). LED (Light Emitting Dioda) merupakan salahsatu jenis dioda, sehingga hanya akan mengalirkan arus listriksatu arah saja. LED akan memancarkan cahaya apabila diberikan tegangan listrik dengan konfigurasi forward bias.Berbeda dengan dioda pada umumnya, kemampuan mengalirkan arus pada LED (Light Emitting Dioda) cukuprendah yaitu maksimal 20 mA. Apabila LED (Light EmittingDioda) dialiri arus lebih besar dari 20 mA maka LED akan rusak, sehingga pada rangkaian LED dipasang sebuah resistor sebagai pembatas arus. LED memiliki kaki 2 buah seperti dengan dioda yaitu kaki anoda dan kaki katoda. Pemasangan LED (Light Emitting Dioda) agar dapat menyala adalah dengan memberikan tegangan bias maju yaitu dengan memberikan tegangan positif ke kaki anoda dan tegangannegatif ke kaki katoda.

Gambar 2.3 LED (Light Emitting Dioda)


Kabel Jumper


    Kabel jumper adalah kabel elektrik untuk menghubungkan antar komponen di breadboard tanpa memerlukan solder. Kabel jumper umumnya memiliki connector atau pin di masing-masing ujungnya. Connector untuk menusuk disebut male connector, dan connector untuk ditusuk disebut female connector. Kabel jumper dibagi menjadi 3 yaitu :

Gambar 2.4 Kabel Jumper Male to Male

Gambar 2.5 Kabel Jumper Male to Female

Gambar 2.6 Kabel Jumper Female to Female


Sensor Ultrasonik


    Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik dan sebaliknya. Cara kerja sensor ini didasarkan pada prinsip dari pantulan suatu gelombang suara sehingga dapat dipakai untuk menafsirkan eksistensi (jarak) suatu benda dengan frekuensi tertentu. Gelombang ultrasonik adalah gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi sangat tinggi yaitu 20.000 Hz. Bunyi ultrasonik tidak dapat di dengar oleh telinga manusia. Bunyi ultrasonik dapat didengar oleh anjing, kucing, kelelawar, dan lumba-lumba. Bunyi ultrasonik nisa merambat melalui zat padat, cair dan gas. Reflektivitas bunyi ultrasonik di permukaan zat padat hampir sama dengan reflektivitas bunyi ultrasonik di permukaan zat cair. Akan tetapi, gelombang bunyi ultrasonik akan diserap oleh tekstil dan busa. Menurut ( Zuly Budiarto & Agung Prihandono, 2015), [9] Sensor ultrasonik parallax ping terdiri dari sensor, chip pembangkit gelombang, penerima gelombang dan pembangkit pulsa. Ketika rangkaian elektronik dari parallax ping mendapat catu daya, maka akan dihasilkan pulsa-pulsa yang akan dikirim oleh bagian transmiter. Sensor akan mendeteksi adanya sebuah objek yang berada di depan sensor, yang ditandai dengan adanya sinyal yang diterima oleh sensor penerima pulsa. Jarak tempuh pulsa dianggap sebagai dua kali jarak sensor dengan objek.

Gambar 2.7 Sensor Ultra Sonik


Cara Kerja Sensor Ultrasonik

    
    Pada sensor ultrasonik, gelombang ultrasonik dibangkitkan melalui sebuah alat yang disebut dengan piezoelektrik dengan frekuensi tertentu. Piezoelektrik ini akan menghasilkan gelombang ultrasonik (umumnya berfrekuensi 40kHz) ketika sebuah osilator diterapkan pada benda tersebut. Secara umum, alat ini akan menembakkan gelombang ultrasonik menuju suatu area atau suatu target. Setelah gelombang menyentuh permukaan target, maka target akan memantulkan kembali gelombang tersebut. Gelombang pantulan dari target akan ditangkap oleh sensor, kemudian sensor menghitung selisih antara waktu pengiriman gelombang dan waktu gelombang pantul diterima.

Gambar 2.8 Cara kerja sensor ultrasonik dengan transmitter dan receiver



7Segment


    Even Segment Display (7 Segment Display) dalam bahasa Indonesia disebut dengan Layar Tujuh Segmen adalah komponen Elektronika yang dapat menampilkan angka desimal melalui kombinasi-kombinasi segmennya. Seven Segment Display pada umumnya dipakai pada Jam Digital, Kalkulator, Penghitung atau Counter Digital, Multimeter Digital dan juga Panel Display Digital seperti pada Microwave Oven ataupun Pengatur Suhu Digital . Seven Segment Display pertama diperkenalkan dan dipatenkan pada tahun 1908 oleh Frank. W. Wood dan mulai dikenal luas pada tahun 1970-an setelah aplikasinya pada LED (Light Emitting Diode). Seven Segment Display memiliki 7 Segmen dimana setiap segmen dikendalikan secara ON dan OFF untuk menampilkan angka yang diinginkan. Angka-angka dari 0 (nol) sampai 9 (Sembilan) dapat ditampilkan dengan menggunakan beberapa kombinasi Segmen. Selain 0 – 9, Seven Segment Display juga dapat menampilkan Huruf Hexadecimal dari A sampai F. Segmen atau elemen-elemen pada Seven Segment Display diatur menjadi bentuk angka “8” yang agak miring ke kanan dengan tujuan untuk mempermudah pembacaannya. Pada beberapa jenis Seven Segment Display, terdapat juga penambahan “titik” yang menunjukan angka koma decimal. Terdapat beberapa jenis Seven Segment Display, diantaranya adalah Incandescent bulbs, Fluorescent lamps (FL), Liquid Crystal Display (LCD) dan Light Emitting Diode (LED).

Gambar 2.9 7Segment


Prototyping


    Menurut (Susanto & Andriana, 2016), [11] model prototyping merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi tertentu mengenai kebutuhan-kebutuhan informasi pengguna secara cepat. Berfokus pada penyajian dari aspek-aspek perangkat lunak tersebut yang akan nempak bagi pelanggan atau pemakai. Prototype tersebut akan dievaluasi oleh pelanggan/pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan perangkat lunak. Cakupan aktivitas dari prototyping model terdiri dari :

Gambar 2.10 Prototyping


Metode Pengujian Black Box


    Dalam penelitian “Sistem Monitoring Perediksi Kebocoran Gas LPG Menggunakan Microcontroller Berbasis Dekstop”, Black Box Testing adalah pengujian yang dilakukan dengan hanya menjalankan atau mengeksekusi unit atau model kemudian diamati apakah hasil dari unit itu sesuai dengan proses yang diinginkan. Pengujian perangkat lunak dari segi spesifikasi fungsional tanpa menguji desain dan kode program untuk mengetahui apakah fungsi, masukan dan keluaran dari perangkat lunak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Menurut (Wahyu Nur Cholifah, Dkk, 2018) BlackboxTesting merupakan salah satu metode yang mudah digunakan karena hanya memerlukan batas bawah dan batas atas dari data yang di harapkan,Estimasi banyaknya data uji dapat dihitung melalui banyaknya field data entri yang akan diuji, aturan entri yang harus dipenuhi serta kasus batas atas dan batas bawah yang memenuhi. Dan dengan metode ini dapat diketahui jika fungsionalitas masih dapat menerima masukan data yang tidak diharapkan maka menyebabkan data yang disimpan kurang valid.

Kerangka Konsep


Gambar 3.1 Rancangan Alat

Metode Penelitian


    Penelitian ini menggunakan Smart Parking Sistem Berbasis Arduino Uno dan dibuat di Rama Futsal dengan alamat Perum Wisma Jaya, Jl. Kusuma Barat No. 1, Duren Jaya, Bekasi Timur, RT.007/RW.017, Duren Jaya, Kec. Bekasi Tim., Kota Bks, Jawa Barat 17111. Dikarenakan di area parkir ini menggunakan sensor ultrasonik untuk mengendalikan dengan menggunakan Arduino Uno. Waktu pelaksanaan pembuatan penelitian ini akhir Agustus tanggal 28 agustus 2019 sampai tanggal 11 Okotober 2019.

Gambar 4. 1 Tahap penelitian


    Berdasarkan gambar diatas maka urutan langkah-langkah akan dijelaskan pada scenario Dibawah ini :
1. Mulai dan Penentuan komponen hardware.
2. Membuat prototype system parkir.
3. Membuat program pada arduino uno.
4. Pengujian prototype.
5. Sesuai rencana.
6. Selesai.

Hasil dan Pembahasan


    Dalam tahap ini, sebelum melakukan implementasi system, langkah yang akan dilakukan yaitu menentukan spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang dibutuhkan. Dari kedua pembahasan perancangan ini dianggap penting untuk dibahas karena ingin menghasilkan system yang baik.

1. Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan didalam penelitian ini, yaitu Laptop sebagai perangkat untuk melakukan proses coding program Arduino melalui Arduino IDE. Adapun spesifikasi perangkat keras yang digunakan untuk merancang system adalah :
a) Arduino Uno
b) Sensor Ultrasonik
c) 7Segment
d) Protoboard/Breadboard
e) Lampu LED
f) Kabel Jumper
g) Kabel USB

2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Sistem Operasi Windows
b) Arduino IDE
c) Bahasa pemrograman C++

    Pada bagian ini akan digambarkan tentang implementasi sistem Alat Parking meliputi sensor ultrasonik, LED dan layar 7segment adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1 Sensor dan 7Segment

Keterangan:
1. Sensor Ultrasonik
2. 7Segment
3. LED

    Gambar 4.1 di atas menunjukan pengendalian system smart parking untuk menghidupkan dan mematikan 7Segment berfungsi sebagai komponen elktronika yang dapat menampilkan angka desimal melalui kombinasi-kombinasi segmennya. Sedangkan LED berfungsi sebagai untuk memancarkan cahaya apabila diberikan tenaga listrik dengan konfigurasi forward biasa. Sedangkan Sensor Ultrasonik untuk mendeteksi kendaraan mobil yang ada didepanya.

Gambar 5.2 Alat prototype smart parking


Keterangan:
1. Arduino Uno
2. Protoboard
3. Kabel Jumper

    Gambar 5.2 diatas merupakan alat-alat untuk pembuatan Prototype smart parking, terdiri dari Arduino Uno yang berfungsi sebagai sumber daya untuk menghidupkan semua alat-alat yang ada, Kabel Jumper yang berfungsi untuk menghubungkan antara komponen di protoboard tanpa memperlukan solder, Protoboard digunakan untuk mengalirkan arus listrik ke berbagai komponen tanpa perlu di solder dengan perantaran kabel jumper.

Hasil Pengujian Black Box


    Berdasarkan Rencana pengujian yang telah dibuat, maka hasil pengujian Prototype Smart Parking akan dijelaskan pada bagian ini.

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Black Box


Kesimpulan


    Dari hasil pembahasan tentang perancangan smart parking system berbasis arduiono uno, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Prototyping smart parking berbasis arduino uno dapat diambil kesimpulan yaitu sistem parking ini dapat terkendali dengan sensor ultrasonik yang dapat memdeteksi keberadaan mobil yang berada di depannya sehingga dapat menunjukan ruang parkir atau menampilkan angka ruang parkir yang sudah terisi melalui layar alat seven segment dan di kendalikan oleh microcontroller arduino uno.

2. Sistem smart parking dapat memberi tahu ruang parkir yang terisi dan belum terisi melalui layar 7segment dan dijalankan oleh microkontroller arduino uno menggunakan sensor ultrasonik.


Referensi :

Oleh : Sabrina Ranti Sonia (202131024) 
           Putri Aulia Irwan (202131015)




Sejarah Perkembangan Mikroprosesor dari Awal Sampai Sekarang

Nama : Sabrina Ranti Sonia NIM : 202131024 Mata Kuliah : Mikroprosesor (B) Kehadiran Processor Intel merupakan tonggak awal dari kesuksesan ...